Multimedia Sixties

The retro counter culture journey through the 1960s

Month: December 2019

Humor Membuat Hidup Kita Menjadi Lebih Baik

Humor Membuat Hidup Kita Menjadi Lebih Baik – Humor punya riwayat panjang dalam kehidupan manusia. Pada zaman Yunani Kuno, para filosof mempunyai keyakinan bahwa suasana hati manusia ditentukan oleh empat macam cairan dalam tubuh, yakni darah (sanguis), lendir (phlegm), empedu kuning (chloer) dan empedu hitam (melancholy). Cairan itu dalam bahasa latin disebut umor. Konon, dari sanalah istilah humor berawal.

Akan tetapi jika merujuk pada kondisi pada saat ini, makna humor dalam tafsiran Yunani Klasik itu agaknya tidak lagi relevan. Saat ini masyarakat mengenal humor sebagai sesuatu yang berhubungan dengan kelucuan, kegelian dan kejenakaan. Humor bisa jadi ialah satu dari sedikit hal yang dapat mengalihkan manusia dari kerasnya kehidupan. poker 99

Sebagai produk seni populer, humor diyakini pertama kali berkembang di kawasan Eropa, terutama Inggris di abad ke-XVII. Di zaman itu, humor berkembang di dalam bentuk teater satire. Humor diterima dengan antusias oleh publik kelas menengah Eropa di masa awal industrialisme yang sudah bosan dengan seni opera yang cenderung kaku dan formal. www.americannamedaycalendar.com

Pada rentang sejarah yang selanjutnya, humor mulai berkembang ke dalam jenis dan gaya yang bermacam-macam. Hari ini kita mengenal berbagai macam jenis dari humor mulai dari humor slaptick, satire, sarkasme, absurd sampai humor sensual. Cara penyampaiannya pun mengalami evolusi. Salah satu yang belakangan ini populer ialah gaya komedi tunggal (stand up comedy).

Humor Membuat Hidup Menjadi Lebih Baik

Tujuan dari humor pun pada saat ini tidak lagi sebatas menjadi media menyampaikan kelucuan. Lebih dari itu, humor juga sering kali dijadikan alat untuk melakukan kritik dan perlawanan atas situasi sosial-politik yang dirasa timpang. Menjadi wajar jika di dalam situasi sosial yang jauh dari keterbukaan, humor-humor satire yang cerdas justru tumbuh subur.

Dalam konteks tersebut kita tentu ingat mendiang Abdurahman Wahid alias Gus Dur. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai tokoh yang menjadikan humor sebagai sarana refleksi dan kritik sosial. Pada masa kekuasaan Suharto, ketika kritik dalam bentuk pemikiran ilmiah atau gerakan sosial selalu terbentur tembok-tembok kekuasaan, humor menjadi saluran perlawanan paling efektif.

Terdapat begitu banyak alasan mengapa humor itu baik dan penting. Bukan sekadar untuk bahagia, akan tetapi juga sehat.

Vanesha Prescilla, pemeran Milea dalam film Dilan 1990 mengaku bahwa dia tidak memiliki kriteria khusus soal laki-laki ideal. Akan tetapi, karena merasa kurang cocok dengan laki-laki yang mengumbar kata-kata mesra, ia lebih memilih laki-laki humoris.

Milea tak sendiri. Survei yang pernah diadakan oleh Men’s Health terhadap sekitar 1.000 perempuan berusia 21 tahun sampai dengan 50 tahun juga melaporkan bahwa sekitar 83 persen perempuan memilih melanjutkan kencan dengan laki-laki humoris.

Jefry Hall, Ph.D yang adalah seorang profesor komunikasi di University of Kansas memberikan pendapat bahwa laki-laki yang humoris biasanya lebih tenang dalam menghadapi masalah dan tidak membiarkan emosinya meledak-ledak.

Dalam laporan penelitiannya yang dipublikasikan di Western Journal of Communication, Profesor Hall mengatakan bahwa lelucon merupakan semacam perantara bagi mereka untuk berbagi pengalaman dan cara pandang mengenai masalah, dan mereka akan tersenyum ketika melewati proses nya. Menurut Profesor Hall, berbagi dan bersikap terbuka merupakan pertanda adanya hubungan yang sehat.

Dikutip dari Kumparan, sifat humoris dari seseorang menunjukkan bahwa diri nya memiliki harga diri yang tinggi. Mereka dapat membuat orang bahagia dan juga membuat banyak orang tertawa dengan apa yang mereka katakan atau dengan apa yang mereka lakukan.

Selera humor yang baik ditulis oleh Elite Daily merupakan perangkat sosial yang penting. Humor yang ditempatkan dan disampaikan dengan tepat dapat membuat kita keluar dari sudut pandang yang sempit.

Humor dan juga “kehidupan yang baik” tampaknya berjalan seiring. Mereka yang humoris seperti bergerak dengan mudah ke arah manapun. Terdapat beberapa alasan kenapa mereka begitu.

Beberapa di antaranya adalah karena mereka mudah untuk menyesuaikan diri, dan juga mereka sangat memperhatikan hal-hal secara detil karena humor biasanya muncul dari hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian umum, membuat kerja kelompok menjadi lebih kreatif dan juga bersemangat, serta dapat mengurangi stres.

Dilansir dari Psych Central, sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Caleb Warren, seorang asisten profesor marketing yang berasal dari University of Arizona Eller College of Management,  dan Adam Barsky yang berasal dari University of Melbourne dan juga A. Peter McGraw yang berasal dari University of Colorado’s Leeds School of Business melihat bagaimana dan kapan humor dapat membantu orang-orang untuk mencapai tujuannya.

Dalam makalah yang diterbitkan di dalam Journal of Consumer Research ini para peneliti membagi tujuan orang-orang menjadi tiga kategori besar, yaitu; tujuan hedonis yang adalah memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan penderitaan, tujuan utilitarian yang adalah mengoptimalkan kesejahteraan jangka panjang dan juga tujuan sosial yang adalah bergaul dengan orang lain.

Para peneliti tersebut mengintegrasikan wawasan psikologi, manajemen, linguistik, antropologi, kedokteran dan ilmu saraf untuk mengusulkan kerangka yang merangkum pengetahuan ilmiah sekarang tentang humor.

Ketiga orang peneliti tersebut memberikan pendapat bahwa pemahaman akan humor dapat membantu orang-orang untuk merasa lebih baik. Menjadikan aktivitas yang menyenangkan, seperti makan di restoran atau menonton film, menjadi lebih menyenangkan, dan juga menjadikan aktivitas yang membosankan, seperti ke dokter gigi atau mengantre, menjadi tidak terlalu menyebalkan.

Berbagi tawa juga dapat membantu orang-orang merasa saling terhubung dan dapat bergaul lebih baik dengan yang lain.

Akan tetapi, humor tidak selalu meningkatkan hasil utilitarian, seperti pengambilan keputusan atau kesehatan. Karena sekalipun humor dan tawa dapat membuat orang menjadi lebih kreatif, akan tetapi pada saat yang sama juga dapat membuat kita menjadi lebih ceroboh.

Menonton film lucu dapat membantu untuk mengatasi penyakit emosional, seperti cemas dan depresi, akan tetapi hanya ada sedikit bukti bahwa humor dapat membantu kanker, atau bahkan flu biasa.

Begitu pula dengan usaha untuk membuat orang lain tertawa. Kadang-kadang hal tersebut dapat membantu orang untuk mencapai tujuan mereka, tetapi terkadang justru menghambat. Misalnya melontarkan lelucon untuk membantu orang memahami maksud dan mendapatkan perhatiannya, akan tetapi hal tersebut dapat membuat kesan tidak penting.

Humor Membuat Hidup Menjadi Lebih Baik 1

Salah satu kesimpulan penting dari makalah tersebut adalah bahwa efek dari usaha untuk membuat orang lain tertawa bergantung pada jenis lelucon yang diceritakan. Menggoda atau membuat lelucon yang menghina tidak membuat orang merasa terhibur, bahkan akan membuat canggung keadaan, dan bisa merusak persahabatan serta kekeluargaan.

Akan tetapi, seperti dilaporkan Psychology Today, dengan mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang humor, para ahli meyakini humor dapat membantu orang untuk hidup lebih baik.

Membantu mereka mengatasi rasa sakit dan stres, sampai mendorong orang menggunakan humor untuk mengkritik suatu merek atau produk yang mengecewakan.

Humor Rasis

Humor Rasis

Humor Rasis – Humor merupakan sebuah cerita pendek yang menceritakan suatu kejadian yang lucu dengan harapan dapat membuat pembacanya tertawa. Kelucuan sebuah humor bisa disebabkan oleh beberapa hal, misalnya kelakuan para pelaku, kejadian yang umum akan tetapi diplesetkan, kritik terhadap keadaan, kebodohan, kesalahpengertian, benturan antar budaya dan hal-hal lain….

Pada dasarnya humor merupakan salah satu bentuk dari budaya yang bersifat universal. Setiap orang pasti memiliki rasa humor, perbedaannya hanya orang yang memiliki rasahumor tinggi dan rasa humor yang rendah. Humor ialah suasana hati yang bersifatsementara, dikatakan sementara karena munculnya humor itu terjadi karena humor langsung terjadi. poker99

Humor merupakan sesuatu yang bersifat lucu yang dapat menggelikan hati ataurasa geli bagi yang mendengar maupun melihatnya. Humor itu tak hanya bersifat sebagai penghibur saja, akan tetapi dalam penelitian humor juga memiliki ciri-ciri atau bentuk dan fungsi sendiri. Salah satu bentuk humor ialah berbentuk verbal dannonverbal. Sedangkan fungsi dari humor tidak lepas dari fungsi bahasa itu sendiri. Seperti fungsi bahasa yang dikemukakan oleh R. Jacobson. https://www.americannamedaycalendar.com/

Humor Rasis

Sebagai negara-bangsa, kebinekaan ialah konsekuensi logis yang harus diamini. Negara bangsa, yang terkelit kelindan pulau demi pulau yang membentuk imagined communities bernama Indonesia, telah melahirkan khazanah indigenous capacities nya masing-masing sesuai dengan tradisi dan kultur komunalitas.

Para founding fathers sepakat untuk membentuk negara republik dan memilih hidup bersama di bawah panji Pancasila yang mengabsahkan dan menerima perbedaan sebagai panorama multikulturalisme. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika pun dipasang sebagai filosofi luhur yang harus diperjuangkan sepanjang detak republik.

Kebudayaan dan tradisi lokal yang sudah melekat termasuk kultur humor di dalamnya harus diapresiasi. Hal tersebut demi memperkuat basis-basis modal sosial di masing-masing daerah, yang berpijak pada komunalitas, menuju persatuan bangsa dalam keberagaman.

Humor lahir sebagai identitas kultural yang melekat erat dengan manusia. Di tengah kejenakaan nya yang amusing, menurut Stephen Leacock yang adalah seorang penulis dan humoris Kanada, humor mempunyai tugas luhur yang ikut mempromosikan nilai-nilai humanisme; yaitu responsibility and tolerance sebagai muara puncak.

Di dalam konteks tersebut, humor yang memiliki perhatian serius terhadap nilai-nilai dinamis kehidupan manusia ditasbihkan sebagai great humor; yaitu produk dari usaha kreatif dan kerja intelektual sekaligus (Lynch, 1988).

Dengan seperti itu, sangat jelas sekali bahwa humor, komedi, comic dan sebagainya bukan laku asal-asalan; melainkan merupakan kerja kreativitas yang komplit dengan aspek kecerdikan.

Saya ingin menarik konsepsi di atas dalam konteks kita, hal mana aspek-aspek yang penting di balik humor kurang terekspos. Sehingga, banyak para komedian cenderung memakai segala cara untuk membuat pemirsanya tertawa, meski aksi tersebut menertawakan sesuatu yang sangat riskan dalam konteks kemanusiaan dan kebinekaan bangsa.

Misalnya, ihwal isu rasis yang sampai hari ini galib dieksploitasi demi kejenakaan semata. Padahal rasis sama sekali bukan bahan lelucon. Dia ialah topik yang sangat riskan bagi masyarakat multikultur seperti kita.

Sejak awal kita harus sadar bahwa potensi rasisme di Indonesia sangat besar karena bangsa ini terkumpul dari berbagai latar belakang ras dan suku yang berbeda. Akan tetapi porsi “rasisme’, khususnya di dalam humor, masih sangat minim di wacanakan ke publik.

Padahal isu ini menjadi salah satu potensi konflik yang serius. Kita masih lebih suka memakai terma abreviasi “SARA’ daripada langsung memakai kata “rasisme’.

Humor mempunyai pengertian yang sangat luas. Belum ada definisi yang mengikat dan tunggal. Akan tetapi setidaknya terdapat tiga komponen penting dalam humor yang perlu diperhatikan.

Yaitu wit adalah kejenakaan yang cerdas, mirth adalah keriangan dan kegembiraan, dan laughter adalah gelak tawa. Ketiga komponen tersebut sangat penting dipahami sebelum kita telanjur bermain-main dengan humor.

Akan tetapi, naifnya di dalam KBBI humor dapat diartikan sebagai sesuatu yang lucu tanpa memaparkan unsur lain dalam komponen humor, seperti “retorika’ dalam aspek tradisi filsafat ataupun unsur “kejenakaan yang cerdas’, alih-alih menegasikan nilai humanis. Distorsi yang semacam ini dapat menjadi cikal bakal kesembarangan kita dalam mempraktikkan humor di depan publik.

Praktik berhumor dapat saja tak lagi melihat aspek retorika dan unsur kecerdasan dalam kejenakaan. Akhirnya sumber apa pun dapat dijadikan gocekan demi mendulang kelucuan, walau isu-isu yang sangat riskan bagi bangsa Indonesia seperti masalah ras, masalah suku, dan juga masalah agama dan antargolongan.

Di dalam tradisi Yunani kuno, Socrates dan Plato, dua filsuf Yunani awal yang memperkenalkan humor dalam jagat filsafat dan juga menyebut humor sebagai bentuk retorika. Terutama Socrates sendiri sangat serius di dalam memperhatikan retorika humor sebagai bagian dari diskursus dan wacana bahasa yang menggunakan mekanisme linguistik dengan memadukan simbol, metafora, dan metonim (Weaver, 2010). Sayangnya, aspek retorika sebagai bagian esensial dari humor kurang diperhatikan saat ini.

Kebergunaan humor sangatlah jelas dan efektif. Lihat contohnya mantan presiden kita Gus Dur yang telah mengajarkan kita tentang memaknai humor. Baginya, humor adalah ibarat ice breaker yang menerobos tembok tebal tensi dan ketegangan demi ketegangan. Humor sendiri ingin menjelaskan sisi lain kehidupan, suatu hal yang sulit terpapar dalam kehidupan formal.

Untuk menerobos kebuntuan kehidupan sosial, humor akan selalu menjadi lelucon yang cespleng namun cerdas. Gus Dur dalam pengantar buku nya yang berjudul Mati Ketawa Cara Rusia, melihat bahwa rasa humor dari sebuah masyarakat mencerminkan daya tahannya yang tinggi di hadapan semua kepahitan dan kesengsaraan.

Kemampuan untuk menertawakan diri sendiri ialah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain. Kepahitan yang diakibatkan kesengsaraan, diimbangi oleh pengetahuan nyata akan keharusan menerima kesengsaraan tanpa patahnya semangat untuk hidup. Dengan begitu, humor adalah sublimasi kearifan sebuah masyarakat.

Dalam perkembangannya, humor menjadi pengejawantahan tentang eksistensi kehidupan manusia itu sendiri. Bahkan, di dalam banyak aspek, selera humor yang melekat pada person menjadi salah satu nilai lebih.

Humor Rasis 1

Kecenderungan manusia modern selalu menempatkan rasa humor (sense of humor) sebagai bagian penting di dalam konteks emotional intelligence seseorang. Bahkan filsuf yang bernama Ludwig Wittgenstein mengatakan bahwa a serious and good philosophical work could be written consisting entirely of jokes demi menegaskan tentang pentingnya selera humor dalam aspek kehidupan, bahkan pun itu kepada para filsuf sekalipun.

Akan tetapi ketika humor hanya melulu dipahami sebagai sesuatu yang lucu, maka tidak heran bahwa komedian kita kerap mereproduksi isu yang memarakkan stigma dan stereotype terhadap ras ataupun golongan tertentu.

Tanpa adanya wacana intens untuk mengkritisi dan mengutuk lelucon dan humor rasis, saya paham kenapa banyak sekali jokes dan humor yang dipraktikkan di arena publik -termasuk dalam acara stand up comedy- selalu menyentil persoalan rasis sebagai senjata kesukaannya.

Bagaimana Cara Humor Sebagai Sarana Dialog

Bagaimana Cara Humor Sebagai Sarana Dialog – “Orang yang ingin tahu tentang orang lain, harus memahami lelucon. Jangan gampang tersinggung dengan lelucon.” (Abdurrahman Wahid, 1990)

Tahun 1994. Di dalam satu acara mensyukuri dan merayakan 65 tahun YB. Mangunwijaya yang adalah seorang pastur Katolik, arsitek dan sastrawan, di hadapan sekitar 400an orang dari beragam kalangan, Gus Dur mengemukakan sebuah humor: pokerasia

Suatu hari seorang pastur pergi berburu ke sebuah hutan. Di dalam perburuan itu, ia menemukan seekor harimau yang sedang istirahat. Sang pastur menembakkan senapannya.

Sayang sekali tembakannya tak tepat sasaran dan sang harimau berhasil meloloskan diri. “Yach namanya juga pastur, nggak terlatih menembak,” celetuk Gus Dur. www.mrchensjackson.com

Humor sebagai sarana dialog

Orang-orang tertawa riuh. Tapi sang pastur pantang putus asa. Ia terus menerus mengejar dan menembakkan senapannya, akan tetapi tidak juga berhasil hingga akhirnya pelurunya ludes.

Tahu kalau peluru sang pastur telah habis, kini giliran si harimau yang balik mengejar sang pastur. Pastur lari untuk menyelamatkan diri, akan tetapi si harimau terus mengejarnya.

“Dalam hal olahraga, pastur berbeda dengan kiai lumayan lebih kuat,” kata Gus Dur bercanda diikuti ketawa para hadirin. Ujung pengejaran, pastur akhirnya sampai di tepi jurang.

Pilihan pastur hanya dua: terjun ke jurang atau menyerahkan diri untuk disantap harimau. “Kalau terjun ke jurang, itu namanya bunuh diri. Tentu itu bertentangan dengan ajaran agama. Si pastur akhirnya membalikkan diri, memejamkan mata dan pasrah untuk diterkam,” demikian Gus Dur.

Lama menunggu, tapi harimau belum juga menerkam. Si pastur yang sudah tenggelam dalam ketakutan heran, mengapa belum juga diterkam. Sesaat ia berharap harimau berubah pikiran dan pergi.

Ia pun membuka mata, dan kaget karena ternyata harimau masih ada di hadapannya. Pastur pun bertanya: “Mengapa belum menerkam juga?” Harimau menjawab: “kan yang namanya bersantap harus berdoa dulu, bapak pastur?”

Hadirin tertawa terpingkal-pingkal. Saya ingat hampir lima menitan suasana hanya diisi tawa yang tak henti-henti. Gus Dur bercerita dengan tenang, runtut dan sistematis. Deskripsinya jelas.

Ketika memaparkan bagian dari dialog, intonasinya berubah dan beda, sesuai dengan tokoh yang diperankan. plus celetukannya yang mengena. Selain itu selalu terdapat unsur surprise di akhir cerita yang selalu mengejutkan. Sungguh, seorang story teller yang cakap dan hebat.

Di waktu lain, mungkin pada tahun 1996, dalam sebuah Konferensi Agama-agama (KAA) di Salatiga, yang dihadiri para pendeta dan aktivis gereja, Gus Dur bercerita tentang dua orang pastur yang membuang jenuh dengan berenang di sungai. Asyik berenang, mereka tidak sadar kalau telah makin larut ke hilir.

Ketika mereka hendak selesai baru sadar kalau seluruh pakaian mereka tertinggal di hulu. Jadi bagaimana caranya keluar dari sungai ini sementara mereka telanjang? Kedua pendeta itu bingung.

“Akhirnya keduanya nekat,” lanjut Gus Dur. “Pastur yang satu keluar dengan menutup wajah dengan kedua tangan, yang satunya lagi keluar dengan menutupi kemaluan dengan kedua tangannya.” Demikian Gus Dur menutup cerita yang seperti biasa diiringi gelak tawa hadirin.

Gus Dur dan Humor

Gus Dur dan humor memang sangat identik. Dalam setiap kesempatan perbincangan -formal maupun informal– ia selalu menyelipkan humor. Juga mendengarkan humor orang lain. Baku tukar humor dengan orang lain.

Akan tetapi dalam hal humor ini, Gus Dur adalah pendekar tanpa tanding. Humor adalah menu kesehariannya. Di mana ada Gus Dur di situ pasti ada gelak tawa.

Duduk santai lesehan, dan berkendara mobil, hingga memberikan sambutan atau mengisi seminar, Gus Dur tak pernah alpa menyelipkan humor. Selalu ada saja bahan dan seperti tak pernah habis.

Gus Dur juga memperoleh bahan humor dari buku-buku, di antaranya yang terkenal Mati Ketawa Ala Rusia (1986), yang edisi Indonesianya ia beri pengantar. Akan tetapi Gus Dur bukan seorang pengutip harfiah, ia pandai mengolah kembali, memodifikasi dan mengontekstualisasi humor agar cocok dengan waktu, tempat dan audiensnya.

Selain itu, sudah barang tentu, ia juga dapat membuat dan memproduksi humor sendiri, terutama dengan memainkan bahasa atau membolak-balik kata. Atau memplesetkan makna. Tidak jarang humor tersebut muncul spontan seperti sebuah ilham dalam dirinya.

Terkenal istilah-istilahnya misal “demokrasi seolah-olah” atau “demokrasi yang bukan-bukan” untuk menyebut model demokrasi yang dijalankan di Indonesia di bawah rezim Orde Baru. Atau selorohnya misalnya: “Kalau HMI menghalalkan segala cara, PMII tidak tahu caranya” untuk menertawakan dua kelompok anak muda muslim yang hidup seperti ‘Tom and Jerry’.

Sebenarnya bukan hanya dengan lisan, dalam tulisan-tulisan pun tak jarang Gus Dur menyelipkan humor. Gaya tulisannya seperti terbaca dalam esai-esainya yang ada di majalah Tempo penuh dengan nada mengejek, menertawakan, menampilkan paradoks, sinisme, parodi, sarkasme dan lain-lain, baik terhadap (pemikiran) seseorang, kebijakan politik, ekspresi keagamaan maupun keadaan diri sendiri.

Judul-judul esainya sendiri juga sudah sering membuahkan pertanyaan dan kelucuan. Ingat misal seperti “Tuhan Tidak Perlu Dibela”, “Lebaran Tanpa Takbiran”, “Istilah Sama Arti Beda”, “Islam Kaset dan Kebisingannya”, dan lain-lain.

Seperti ditulisnya dalam “Melawan Melalui Lelucon” (1981), ada beberapa fungsi humor: 1) sarana protes terselubung, 2). Wahana ekspresi politis, 3). Sarana menggalang kesatuan dan persatuan, dan 4). Kritik terhadap keadaan yang tidak menyenangkan di tempat sendiri.

Demikianlah -sekadar menyebut beberapa — misal kita masih akan tersenyum ketika membaca esainya “Cak Nur: Tetap Tapi Berubah” (1982), ketika menggambarkan Cak Nur yang selera musiknya, “.. sudah berubah. Tidak lagi puas dengan Indonesia Raya dan Himne HMI…”

Atau misalnya dalam “Islam Kaset dan Kebisingannya” (1982), ketika ia mengritik penggunaan toa masjid yang gebyah-uyah menyasar orang yang tak ada alasan (illat) untuk juga dibangunkan: orang tua jompo, wanita haid, atau anak yang belum akil balik.

Kalimat dari penutup esainya sangat menggelikan: “Apalagi kalau teknologi lantang di malam buta itu hanya menggunakan kaset. Sedang pengurus masjidnya sendiri tenteram tidur di rumah.”

Humor sebagai jembatan dialog

Yang menakjubkan bagi saya mengenai Gus dur ini, bukanlah humor itu sendiri, tapi bagaimana ia bisa berbincang dengan begitu akrab dengan beragam kalangan, termasuk mereka yang berbeda agama. Kelakar itu begitu lepas. Tak ada lagi rintangan dan halangan.

Tak ada prasangka. Oleh sebab itu tidak ada yang merasa tersinggung, apalagi ternistakan. Toh, hakikatnya ini hanyalah humor. Ekspresi dan pemikiran mengenai Tuhan dan agama bukanlah kebenaran mutlak. Ia terbuka untuk dikritik, dipertanyakan, bahkan ditertawakan.

Ia bukan Tuhan, bukan agama. Ia hanyalah ekspresi dan pemikiran mengenai Tuhan dan agama, bukan Tuhan atau agama itu sendiri. Hati-hati, jangan meleset memahami, yang kau kira ‘agama’, itu sebenarnya ‘pemikiranmu mengenai agama.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak mungkin dapat bercanda, berseloroh lepas, berkelakar habis, dengan seseorang yang tidak kita kenal atau baru kenal. Kita juga tidak akan bisa berkelakar dengan orang yang memiliki jarak dengan kita: entah karena status sosial, atasan atau bawahan kita, atau pun karena perbedaan identitas, suku maupun agama, atau jenis kelamin.

Kita bisa berkelakar kalau jarak itu telah melebur. Kalau tak ada lagi marka, atas nama apapun. Kalau tak ada prasangka. Yang ada adalah kebersamaan, kepercayaan, ketulusan, keikhlasan untuk saling berbagi dan menerima.

Oleh sebab itu, pada tingkat tertentu, saya berpendapat bahwa kedewasaan dan kematangan beragama di antaranya terletak pada kemampuan dan kematangan berdialog antaragama, termasuk dan terutama dengan humor sebagai sarananya. Humor, karena itu, berfungsi sebagai ‘jembatan dialog.’ Namun fungsi ini tidak akan berjalan baik, jika tidak ada kedewasaan dan kematangan dalam berpikir dan beragama.

Di dalam wawancara dengan majalah Humor (1990), Gus Dur mengatakan ada dua fungsi humor, tambahan atas fungsi yang telah dikemukakannya di atas. Yaitu sebagai sarana untuk menabrak segala batasan dan menghindari stres.

Apa yang dimaksud dengan ‘untuk menabrak segala batasan itu’ itu? Orang hidup selalu berada dalam kotak-kotak atau dikotak-kotakkan. Orang selalu berada di dalam baju primordialnya: entah itu agama, suku, bahasa, ras, aliran, profesi, kelas, dan lain-lain. Orang bisa mati dan bunuh-bunuhan karena kotak-kotak itu. Fungsi humor dengan demikian ialah pelebur sekaligus jembatan kotak-kotak tersebut.

Humor dan Kaum Sufi

Menjadikan humor sebagai jembatan dari dialog dan sekaligus kritik pada kehidupan sosial keagamaan bukanlah khas Gus Dur. Kaum sufi, seperti dikatakan oleh Idris Shah dalam Jalan Sufi (1984-1968), biasa menggunakan senda-gurau, humor, sebagai sarana pembelajarannya, selain cerita-cerita, fabel-fabel dan legenda-legenda hikmah.

Idris Shah bersama dengan Richard Williams mengumpulkan sebaran cerita tentang seorang tokoh sufi yang menggunakan banyak kisah humor sebagai sindiran terhadap kehidupan sosial-keagamaan dalam buku yang sudah diterjemahkan Humor Sufi (1994). Tokoh komikal itu, Anda semua pasti tahu, adalah Nasruddin Hoja.

Barangkali perlu saya kutipkan di sini suatu cerita dengan judul “Nasruddin dan Menantu Tuhan”, yang terhimpun dalam Humor Sufi II (1987), yang dikoleksi dan diterjemahkan oleh penyair Sapardi Djoko Damono:

Pada suatu hari seorang hafiz datang ke kota Akshehir dan dia menanyakan rumah Nasruddin. Setelah dia mendapat informasi, seusai salat Isya, hafiz itu pergi ke rumah Nasruddin. Ketika terdengar ketukan di pintu, Nasruddin melongok dari jendela dan bertanya. “Siapa itu?”

“Saya,” jawab si hafiz. “Saya siapa?” tanya Nasruddin lagi. “Saya ini menantu Tuhan, bolehkah saya menginap di rumahmu?” jelas hafiz kembali. “Tunggu,” jawab Nasruddin.

Nasruddin kemudian mengenakan jubah dan keluar menuju masjid. Hafiz mengikutinya dari belakang. Sesampai nya di masjid, Nasruddin membuka pintu masjid dan dia berkata: “Silahkan masuk saudara, ini rumah mertua Anda.”

Humor bukan semata humor, di dalamnya tersirat hikmah. Cerita di atas adalah suatu kritik halus terhadap klaim orang yang dekat Tuhan atau mengatasnamakan Tuhan. Padahal itu tak lebih dan tak lain suatu usaha menutupi atau mungkin memuluskan kepentingan pribadi.

Demikian pula dengan dua cerita pendeta di atas, Gus Dur sebenarnya berkisah tentang dua jenis ekspresi keagamaan: yang mementingkan formalitas (kulit luar), dan yang mementingkan substansi (isi).

Mungkin tak aneh juga kalau dalam wawancara di atas, Gus Dur mengatakan bahwa “humoris paling besar itu justru kaum sufi.” Karena kaum sufi tahu kelakuan manusia yang aneh-aneh.

Humor sebagai sarana dialog 1

Padahal manusia tidak ada, yang ada adalah makhluk yang tidak tahu kebesaran Tuhan. Kalau mereka tahu, mereka pasti akan diam saja dan tidak macam-macam. Kaum sufi, kata Gus Dur, menertawakan sikap dan kecenderungan sok tahu manusia. “Humor ialah ekspresi kewarasan yang paling tinggi,” kata Gus Dur.

Dalam pengantar Mati Ketawa Ala Rusia, Gus Dur mengatakan bahwa humor adalah sublimasi dari kearifan sebuah masyarakat. Sebuah masyarakat yang masih mempunyai rasa humor adalah sebuah masyarakat yang sehat.

Rasa humur yang tinggi menunjukkan daya tahan yang tinggi di hadapan kepahitan dan kesengsaraan hidup. Kemampuan untuk menertawakan diri adalah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain.

Kemampuan untuk menertawakan diri sendiri sangatlah penting, karena bagi Gus Dur, orang harus mengenal diri sendiri, termasuk hal-hal yang aneh atau kurang dalam diri sendiri itu. Dari kemampuan untuk mengenal kekurangan diri sendiri, akan muncul pengertian pada orang lain.

“Pengertian pada orang lain,” itu yang kita defisit pada saat ini. Dan itu di antaranya sebab kita tak lagi suka dan emoh dengan humor.

Jenis-Jenis Humor Menurut Arwah Setiawan.

Jenis-Jenis Humor Menurut Arwah Setiawan.– Jenis humor menurut Arwah Setiawan pada tahun 1988 dapat dibedakan menurut kriterium “bentuk ekspresi”.

Sebagai suatu bentuk ekspresi dalam kehidupan kita, humor dapat dibagi menjadi tiga jenis:

(1) humor personal adalah suatu kecenderungan tertawa pada diri kita, misalnya bila kita melihat sebatang pohon yang bentuknya mirip orang sedang buang air besar maka kita akan tertawa. poker asia

(2) humor dalam pergaulan, contohnya senda gurau di antara teman, kelucuan yang diselipkan dalam pidato atau ceramah dimuka umum https://www.mrchensjackson.com/

(3) humor dalam kesenian, atau seni humor. Humor didalam kesenian masih dibagi menjadi: Humor liunior, misalnya: lawak, tari humor, pantomim lucu. Humor grafis, misalnya: kartun, karikatur, foto jenaka, patung lucu. Humor literature, contohnya: cerpen lucu, esei satiris, sajak jenaka dan semacamnya. Jika yang digunakan adalah kriterium maksud dalam komunikasi.

Jenis-Jenis Humor

maka dalam liunior terdapat tiga jenis komunikasi, yaitu:

(a) si penyampai memang mempunyai maksud untuk melucu,dan si penerima menerima sebagai lelucon;

(b) si penyampai tidak mempunyai maksud untuk melucu, akan tetapi si penerima menganggap lucu;

(c) si penyampai mempunyai maksud melucu, akan tetapi si penerima tidak menganggap lucu

Di dalam komunikasi, keberhasilan dari seorang komunikator dalam berkomunikasi adalah, jika pesan yang disampailcannya cepat diterima oleh komunikan sesuai dengan apa yang dimaksud si lcomunikator.Keberhasilan dari seorang pelaku humor ketilca stimulus humor yang dilancarkannya diterirna oleh penerima humor sebagaimana yang diniaksud oleh pelaku humor tersebut.

Stimulus humor ialah kelucuan yang mengharapkan senyum atau tawa sebagai efek dari penerinia humor Humor menurut kriterium indrawi berupa:

(I) humor verbal

(2) humor vjsual

(3) humor auditif.

Humor menurut lcriteriu bahan adalah:

(1) humor politis

(2) humor seks

(3) humor sadis

(4) humor teka-teki.

Humor kriterium etis dapat dibedakan sebagai:

(1) humor sehav humor yang edukalic

(2) humor yang tidak sehat.

Humor berdasarkan kriterium estetis dapat dipisahlean menjadi:

(1) humor tinggi (yang lebih halus dan talc langsung)

(2) humor rendah (yang kasar, yang terialu eksplisit).

Jaya Suprana mengatakan bahwa dalam situasi yang tak tepat, humor bukanlah sesuatu yang lucu. Bahkan humor belum tentu bisa menyebabkan seseorang orang tertawa, misalnya humor seks. Bagi sebagian orang yang puritan, humor jenis ini dianggap tabu dan kampungan, sehingga dianggap tidak lucu dan tidak menyebabkan tertawa. Humor menjadi kurang ajar bila humor menggunakan kondisi fisik orang sebagai objek humornya. Humor yang baik merupakan humor yang dapat membawa atau dapat menuju kepada kebaikan.

Kemudian menurut bapak Psikoanalisa Freud memilih-milih humor berdasarkan dua variabel, yaitu:

(1) motivasi, yang mempunyai wujud komik, tergolong sebagai lelucon yang tanpa motivasi, sebab kelucuan hanya diperoleh dari teknik melucu saja; dan humor, yang tergolong lelucon dengan motivasi

(2) kelompok sasaran yang dapat dijadikan lelucon, humor terdiri atas: humor etnik, humor seks, dan humor politik.

Sedangkan menurut Pramono tahun 1983, humor dapat digolongkan menjadi:

(1) humor menurut penampilannya, yang terdiri atas: humor lisan, humor tulisan atau gambar, humor gerakan tubuh

(2) menurut tujuan dibuatnya, atau tujuan pesannya, humor terdiri atas: humor kritik, humor meringankan beban pesan, humor semata-mata pesan.

Hal yang sulit sekali dihindari oleh manusia modern adalah stres. Maafkan saya untuk memulai hari ini dengan kata yang tidak ingin didengar. Tunggu! Jangan gerakan kursor untuk menutup halaman ini karena justru topik pembahasan saya berlawanan dengan urusan stres atau bahkan frustasi. Saya perlu menyebutkan ini diawal karena fakta yang menyedihkan akan tingkat stres manusia modern, terutama yang tinggal di daerah urban, melebihi rata-rata. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada obat penyembuhnya. Humor, memasuki ‘Top 3’ cara mengatasi stres yang dialami manusia. Humor dapat menjadi benda penyelamat jika digunakan dengan benar. Karena salah pemakaian humor dapat menjadi penghancur diri sendiri dan penghancur hubungan.

Tawa canda tak hanya sekedar tawa canda. Tawa canda memiliki berbagai perspektif jika dilihat dari pengetahuan general manusia. Disebutkan dalam ilmu psikologi, humor pun tak hanya sekedar humor.

Rod Martin, seorang peneliti kepribadian manusia yang mengkhususkan bidang penelitiannya pada humor, membagi humor menjadi 4 bagian:

1. Affiliative

Jenis humor ini mencari bahan tertawa yang ‘aman’ untuk membuat suasana lebih cair. Topik-topik aman dipilih untuk sebagai bahan yang dapat ditertawakan tanpa menimbulkan rasa tersinggung, sehingga dapat menyatukan orang yang mendengarkannya. Humor ini biasa disebut dengan kata yang seringkali kita dengar, yaitu ‘ice-breaker’.

2. Self-enhancing

Tipe humor ini berpusat menertawakan kejadian atau hal yang berhubungan dengan diri sendiri, biasanya digunakan untuk membantu menghadapi masalah pribadi yang dapat menimbulkan stres. Tipe ini dianggap sebagai stress-reliever.

3. Aggressive humor

Berhati-hatilah dengan tipe humor ini. Tipe humor yang agresif digunakan untuk memojokkan, memanipulasi, atau bahkan mengancam orang lain. Kecenderungan destruktif tinggi dan dapat menganggu baik individu ataupun kelompok yang mendengarkannya.

4. Self-defeating humor

Tipe aggressive humor memiliki lawan yang seimbang dengan kehadiran tipe self-defeating humor. Humor ini eksis sebagai bentuk pertahanan dan tangkisan terhadap tipe humor agresif. Sang self-defeat mengantisipasi bom yang akan dilempar oleh tipe humor agresif dengan menertawakan dirinya sebelum ditertawakan, biasanya bersamaan dengan sedikit memberi tatapan muka datar dan senyum simpul seakan tidak peduli ataupun kesal ditertawakan. Salah satu strateginya adalah dengan tahu kapan waktu untuk tertawa paling keras.

Jenis-Jenis Humor 1
Guy laughing out loud

5. Slapsticik

Gaya humor yang melibatkan fisik atau disebut slapstick. Bisa jadi bercanda seperti pelawak menggunakan ekpresi wajah hingga berlaga terjatuh untuk membuat orang-orang yang melihatnya tertawa.

6. Surreal

Ada pula tipe humor yang disebut dengan sebutan surreal, yaitu gaya humor yang terbilang aneh dengan bercanda kejadian tidak logis, situasi yang tidak masuk akal, atau dengan kata lain hanya sekedar kekonyolan belaka.

7. Improvisasi

Orang yang cletak-cletuk tanpa berpikir terlebih dahulu biasanya memiliki tipe humor yang disebut improvisasi.

8. Wit-Wordplay

Wit-Wordplay, tipe humor yang sering memutar-mutar kata atau kalimat sehingga menjadi lucu. Ini biasanya terjadi pada orang yang suka ngomong.

9. Topical

Kalau Anda suka bercanda yang berdasarkan suatu kejadian atau tren, ini disebut tipe humor topical atau humor yang sesuai topik. Humor yang seperti ini biasanya membutuhkan pengetahuan yang luas dan up date apa yang sedang terjadi di dunia.

Sejarah dan Fungsi Tentang Humor Bagi Manusia

Sejarah dan Fungsi Tentang Humor Bagi Manusia – Humor mungkin telah ada sejak manusia mengenal bahasa, atau bahkan lebih tua. Humor sebagai salah satu sumber rasa gembira, mungkin sudah menyatu dengan kelahiran manusia sendiri. Jika dilacak mengenai asal usulnya, humor berasal dari kata Latin “umor” yang berarti cairan.

Sejak pada 400 SM, orang Yunani kuno beranggapan bahwa suasana hati manusia ditentukan oleh empat macam cairan di dalam tubuh, yaitu: darah (sanguis), lendir (phlegm), empedu kuning (choler), dan empedu hitam (melancholy). Perimbangan jumlah cairan tersebut menentukan suasana hati. Kelebihan salah satu di antaranya akan membawa pada suasana tertentu. idnpoker

Darah menentukan suasana gembira (sanguine) dan lendir menentukan suasana tenang atau dingin (phlegmatic), empedu kuning menentukan suasana marah (choleric), dan empedu hitam untuk suasana sedih (melancholic). Tiap cairan tersebut mempunyai karakteristik tersendiri dalam mempengaruhi setiap orang. Kekurangan darah menyebabkan orang tidak pemarah. Kelebihan empedu kuning bisa menyebabkan jadi angkuh, pendendam, ambisius dan licik (Manser, 1989). Teori mengenai cairan ini merupakan upaya pertama untuk menjelaskan tentang sesuatu yang disebut humor. www.benchwarmerscoffee.com

Sejarah dan Fungsi Humor

Namun demikian, ajaran yang disusun oleh Plato ini tampaknya sudah tidak ada hubungannya dengan pengertian umum di zaman sekarang ini. Dalam perkembangan yang selanjutnya, selama berabad-abad, lahirlah segala macam teori yang berupaya untuk mendefinisikan humor, yang mengacu pada artian humor seperti yang sekarang lazim dimaksudkan, yang ada hubungannya dengan segala sesuatu yang membuat orang menjadi tertawa gembira (Setiawan, 1990).

Perkembangan humor di Inggris telah terlembaga sejak abad yang ke 16 (Calley, 1997). Pada zaman tersebut terdapat penulis dan pemain teater humor yang sering disebut dengan pemain komedi. Komedian yang terkenal yang bernama Ben Johnson, yang satu karyanya berjudul “Man Out of His Humor”. Karya itu memperlihatkan dua bentuk humor yang berbeda dalarn kehidupan, yaitu humor dalam kata-kata dan humor dalam tingkah laku. Pada abad yang ke 17 merupakan zaman yang sangat pesat bagi perkembangan humor di Inggris, terutama dalam hal teater komedi dan naskah humor. Teater komedi akhirnya menjadi tradisi masa selanjut nya. Dalam pertengahan abad yang ke 18, teater humor bermetamorfosa menjadi satire.

Sampai pada akhir abad ke 18, bentuk teater ini menjadi mode di seluruh daratan Eropa. Pada abad ke 19, humor di Eropa menentukan bentuk baru dalam wujud komik. Abad tersebut ditandai dengan munculnya berbagai macam komik humor dari Jeman, yang kemudian menjadi kegemaran seluruh daratan Eropa bahkan sampai ke daratan Amerika dan Asia. Pada daratan Eropa dan sebagian Amerika, humor telah dianggap menjadi bagian dari kehidupan (Gauter, 1988).

Bahkan dianggap sebagai suatu seni yang setara dengan seni lainnya. Setelah peranan humor meningkat, terutama dalam ltomik dan komedi, setara satire, pada awal abad ke 20; humor memasuki era baru. Pada awal abad itu humor sangat dominan dalam teater komedi dan film. Sampai pada saat itu media massa film masih merupakan ladang subur bagi kehidupan humor.

Komedi dan satire tetap bertahan di kalangan tertentu. Charlie Chaplin, yang dilahirkan bulan April 1889, adalah seorang komedian terkenal di dunia humor modern. Film yang dibintangi olehnya memberi inspirasi yang besar sekali dalam perkembangan humor pada umumnya. Humor menjadi salah satu objek penelitian semenjak pada awal abad ke 20. Berbagai lisan mengenai humor telah diterbitkan para ilmuwan dari berbagai cabang ilmu sosial, terutama dari perspektif psikologi (Hendarto, 1990).  

Di negara Indonesia, secara informal, humor juga sudah menjadi bagian dari lcesenian rakyat, seperti ludruk, ketoprak, lenong, wayang kulit, wayang golek, dan sebagainya. Unsur humor yang ada di dalam kelompok kesenian menjadi unsur penunjang, bahltan menjadi unsur penentu daya tarik. Humor yang dalam pengertian lain nya sering kali disebut dengan lawak, banyolan, dagelan dan sebagainya, menjadi lebih terlembaga setelah Indonesia merdeka, seperti munculnya grup-grup lawak Atmonadi Cs, Kwartet Jaya, Loka Ria, Srimulat, Surya Grup, dan lain-lainnya (Widjaja, 1993).

Perkembangan lain terjadi pada media massa cetak, baik majalah maupun surat kabar. Pada tahun 60 an terbit beberapa majalah humor, namun tidak bertahan lama. Di antaranya adalah majalah STOP. Surat kabar membuka rubrik khusus untuk humor. Cerita-cerita lucu yaitu anekdot, karikatur dan kartun sering dijumpai pada media massa cetak (Kusmartiny, 1993).

FUNGSI HUMOR

Menurut Sujoko (1982) humor dapat berfungsi untuk:

(1) untuk melaksanakan segala keinginan dan segala tujuan gagasan atau pesan.

(2) humor bisa menyadarkan orang bahwa dirinya tidak selalu benar.

(3) humor dapat mengajar orang melihat persoalan dari berbagai sudut.

(4) humor dapat menghibur.

(5) humor dapat melancarkan pikiran.

(6) humor dapat membuat orang mentolerir sesuatu.

(7) humor dapat membuat orang memahami soal pelik.

Karikatur adalah gambar sindiran atau kritikan yang mempunyai nuansa humor James Danandjaya (dalam Suhadi, 1989), mengatakan bahwa: “Fungsi humor yang paling menonjol, yaitu sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan diri sese-orang. Perasaan itu dapat disebabkan oleh macam-macam hal, seperti ketidak adilan sosial, persaingan politik, ekonomi, suku bangsa atau golongan, dan kekangan dalam kebebasan gerak, seks, atau kebebasan mengeluarkan pendapat. Jika terdapat ketidak adilan biasanya timbul humor yang berupa protes sosial atau kekangan seks, biasanya menimbulkan humor mengenai “seks”.

Beberapa fungsi humor yang pada sejak dulu telah dikenal masyarakat kita antara lain, fungsi pembijaksanaan orang dan penyegaran, yang membuat orang mampu memusatkan perhatian untuk waktu yang lama. Fungsi itu dapat kita amati di dalam pertunjukan wayang, dimana punakawan muncul untuk menyegarkan suasana. Humor punakawan biasa nya mendidik dan membijaksanakan orang (Hendarto, 1990).

Dari keterangan di atas dapatlah dijelaskan bahwa penyaluran ketegangan lewat humor sangat positif, karena membawa kesejahteraan jiwa. Jika semua perasaan tidak puas dan ketegangan yang dialami tidak disalurkan, maka &an membawa bencana, tidak hanya bagi yang memendam, tetapi juga untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya. Sujoko (1982) mengatakan bahwa di Indonesia kalangan mahasiswa gemar menggunalcan humor sebagai sarana kritilc sosial. Kegemaran tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa ialah personal yang sedang di didik untuk menjadi manusia yang ltritis, serta harus bersikap skeptis, sehingga jalan pikirannya akan menjadi ilmiah, tidak begitu saja menerima semua yang dihidangkan.

Dengan ditanamkannya sikap ini, mata tak heran jika mereka akan protes bila melihat orang yang seharusnya menjadi penuntun mereka, malah menyeleweng atau lnemb~lat terobosan seenak hatinya, serta bersifat munafik (Sumarthana, 1983). Sangat beralasan jika para mahasiswa memilih humor sebagai media protes sosial, sebab media ini paling sesuai dengan kepribadian tradisional bangsa kita yang tidak suka dikritik secara langsung. Dengan adanya sikap ini, maka di negara kita, protes tidak langsung mempunyai pengaruh yang lebih ampuh dibandingkan dengan protes yang langsung. Kritik yang disampaikan secara tertulis sering kali menimbulkan bencana, berbeda jika kritik disajiltan dalam bentulc humor.

Protes sosial dalam humor tak mungkin ditanggapi secara serius, ltarena yang menyuarakan sama sekali tidak bertanggung jawab. Tanggung jawab di dalam protes sosial berupa humor telah diambil kolektif; sehingga kolektifanlah yang bertanggung jawab. Sementara itu Jatiman di dalam Suhadi, 1989, Sosiolog dan juga staf pengajar UI mengatakan bahwa: “Disamping sebagai sarana kritik sosial, adakalanya humor juga dibuat sebagai alat aktualisasi diri. Dalam suatu lingkungan yang tertentu, segolongan orang yang tidak berdaya untuk melemparkan kritik langsung, mencoba melakukannya dengan menciptakan humor tentang yang bersangkutan”.

Sejarah dan Fungsi Humor 1
Happy businessman or student rejoices at success. business concept. Cartoon in pop art retro comic style

Fungsi humor yang lain adalah sebagai relcreasi. Dalam hal tersebut, humor mempunyai fungsi untuk menghilangkan kejenuhan dalam hidup sehari-hari yang bersifat rutin. Sifatnya hanya sebagai hiburan semata. Selain itu humor juga mempunyai fungsi untuk menghilangkan stres akibat tekanan jiwa atau batin (Setiawan, 1990). Emil Salinl di dalam Suhadi, 1989 mempunyai pendapat bahwa, “Selain merupakan salah satu cara untuk menyampaikan kritik, juga merupakan bagian dari proses menjalin komunikasi sosial antara manusia. Untuk komunikasi yang sifatnya serius, pesan-pesan yang akan disampaikan biasanya tidak mudah terjalin antara kedua belah pihak.

Jika pertemuan merupakan pertemuan yang baru, maka medium humor dalam tahap komunikasi alcan mempercepat terbukanya pintu keakraban”. Bahkan Kartono Muhamad dalam Suhadi, 1989 mempunyai pendapat bahwa; “Humor yang baik adalah humor yang dapat mentertawakan diri sendiri, atau humor otokritik. Walaupun membuat diri pribadi sakit hati, humor otokritik adalah sesuatu yang menunjukkan kedewasaan sikap. Artinya, mampu memberi kritik terhadap diri sendiri, serta bisa pula secara terbuka menerima opini orang lain”.

Pada akhirnya, untuk menjadikan humor yang baik, harus melihat situasi dan kondisi. Humor dilakukan dengan tak terlalu berlebihan, agar “mutu” humor tetap terjaga. Humor adalah sebagai sarana komunikasi sosial diharapkan dapat dipahami dan diterima oleh berbagai ragam individu.

Kata-Kata Bijak Humor Yang Dapat Menginspirasi

Kata-Kata Bijak Humor Yang Dapat Menginspirasi – Kata-kata bijak humor bisa menjadi motivasimu untuk mengawali hari. Banyak cara untuk mengembalikan semangat hidup, salah satunya dengan motivasi. Kalimat motivasi tak hanya selalu berupa kutipan bijak yang serius. Kamu juga bisa mendapat motivasi dari kata-kata bijak humor.

Kata-kata bijak humor ini tak cuma menginspirasimu tapi juga menghibur hati. Dengan kata-kata bijak humor ini kamu bisa merefresh otak dan pikiran agar tak larut dalam kepenatan. Motivasi dapat membuat perbedaan besar dalam hidupmu.

Dengan kata-kata bijak humor ini kamu bisa membangkitkan semangat tiap waktunya. Kamu juga bisa menebar motivasi pada orang lain lewat kata-kata bijak humor ini. Berikut kata-kata bijak humor. idn poker

Kata-Kata Bijak Humor Yang Dapat Menginspirasi

Jangan sia-siakan hidupmu

1. Hidup ini singkat. Tersenyumlah selagi kamu masih punya gigi. https://www.benchwarmerscoffee.com/

2. Jika kamu terlihat seperti foto paspormu, kamu mungkin perlu liburan.

3. Diberkatilah mereka yang dapat menertawakan diri mereka sendiri karena mereka tidak akan pernah berhenti terhibur.

4. “Kamu hanya diberi sedikit kegilaan. Kamu tidak boleh kehilangan itu, “Robin Williams

5. Aku suka pengalaman bodoh. Aku selalu membuatnya pengalaman seperti itu.- Charles Darwin

6. Jangan pikirkan kesalahan atau kegagalanmu, jika tidak, kamu tidak akan pernah melakukan apa pun. Bill Murray

Hidup pasti banyak rintangan

1. Hidup pasti banyak rintangan. Kalau banyak rantangan berarti itu katering.

2. “Berusaha adalah langkah pertama menuju kegagalan.” Homer Simpson

3. “Berlian hanyalah sebongkah batu bara yang bekerja dengan baik di bawah tekanan.”

4. “Kebahagiaan hanyalah kesedihan yang belum terjadi.”

5. “Kepemimpinan adalah seni untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang ingin kamu lakukan karena dia ingin melakukannya.” Dwight D. Eisenhower

6. “Hidup itu seperti sebuah acara televisi yang sangat panjang tanpa remote control.”

Kalimat inspiratif lucu

1. Makanan semahal apa pun tidak akan terasa mahal jika tidak dibeli.

2. “Ketika hidup memberimu lemon, semprotkan pada mata seseorang.” Cathy Guisewite

3. “Setiap tato bersifat sementara, karena kita semua perlahan mati.”

4. “Selalu ingat bahwa kamu unik – sama seperti orang lain.”

5. Sumber rahasia humor itu sendiri bukanlah sukacita, tetapi kesedihan. Mark Twain

6. “Hargai kedua orang tuamu, mereka berhasil lulus dari sekolah tanpa bantuan Google.”

Motivasi harus dibangun setiap hari

1. “Orang sering mengatakan bahwa motivasi tidak bertahan lama. Yah, sama juga seperti mandi. Itu sebabnya kita memerlukannya setiap hari. “Zig Ziglar

2. “Jalan menuju sukses dipenuhi banyak tempat parkir yang menggoda.” Will Rogers

3. “Nothing is impossible, the word itself says “I’m possible!” Audrey Hepburn

4. Kemalasan tidak lebih dari kebiasaan istirahat sebelum lelah. Jules Renard

5. Saya tidak akan pernah menunda sampai besok, apa yang bisa saya lupakan selamanya.

6. Sangat kuat untuk mengatakan tidak; itu benar-benar hal yang paling kuat untuk dikatakan. Bill Murray

Kata bijak humor berupa sindiran

1. Cahaya bergerak lebih cepat dari suara. Inilah sebabnya mengapa beberapa orang tampak cerah sampai mereka berbicara.

2. Beberapa orang seperti awan. Ketika mereka menghilang, ini adalah hari yang indah.

3. Tidak apa-apa jika kamu tidak menyukaiku. Tidak semua orang memiliki selera yang baik

4. Tanaman palsuku mati sebab aku tidak berpura pura menyiramnya. – Mitch Hedberg

5. Jika aku bermuka dua. Manakah yang mungkin sedang aku pakai sekarang? – Abraham Lincoln

6. Jika ada seseorang yang meledekmu jelek, santai saja. Bilang padanya kalau kamu bukan cermin.”

Humor untuk memotivasi diri

1. Segala hal terjadi untuk suatu alasan. Namun terkadang alasannya adalah karena kamu bodoh dan kamu membuat keputusan yang buruk.

2. Hanya ada satu cara untuk terlihat kurus: bergaul dengan orang gemuk.

3. Saya tidak suka sama orang yang sok tau, banyak ngomong tapi nggak ngerti. Makanya saya diam, agar saya tidak membenci diri sendiri. – Cak Lontong

4. “Saya tidak gagal dalam ujian. Saya baru saja menemukan 100 cara untuk melakukan kesalahan. “Benjamin Franklin

5. “Jika kamu membiarkan kepala kamum menjadi terlalu besar, itu akan mematahkan lehermu.” Elvis Presley

6. “Bila Anda jelek, jangan takut mencintai. Sebab yang seharusnya takut ialah yang Anda cintai.”(Cak Lontong)

Humor untuk terus semangat bekerja

1. Cara terbaik untuk menghargai pekerjaanmu adalah membayangkan dirimu tanpa pekerjaan. Oscar Wilde

2. Kamu tumbuh dewasa saat kamu benar-benar menertawakan diri sendiri.- Ethel Barrymore

3. Rencana karierku jauh lebih menarik ketika aku berusia 5.

4. Kebanyakan orang bekerja cukup keras untuk tidak dipecat dan dibayar cukup uang untuk tidak berhenti. George Carlin

5. “Seorang laki laki sukses ialah laki-laki yang dapat menghasilkan uang lebih dari yang dihabiskan istrinya. Seorang wanita sukses ialah yang dapat mencari laki laki seperti itu.” (Lana Turner)

6. “Saat hidup menutup pintu untuk kamu, buka lagi saja. Itu hanya pintu, itulah cara kerjanya.”

Kata-kata lucu abis:

1. “Aku bukan pemalas. Aku sedang menjalankan mode hemat energi.”

Dengan kata-kata ini, kamu bisa menyindir orang-orang yang bilang kamu pemalas.

2. “Manusia itu memang susah nyalahin diri sendiri. Leher pegel dibilang salah bantal.”

Manusia memang selalu merasa dirinya paling benar. Sakit leher, bantal yang lugu dan tak bersalah yang dikambing hitamkan. Padahal dia sendiri yang nggak pernah olahraga.

3. “Jangan sombong kalau jadi atasan. Di pasar, atasan diobral 10 ribu dapat 3.”

Pada kata ‘atasan’ kalimat pertama memiliki arti pemimpin sedangkan ‘atasan’ kalimat kedua berarti pakaian. Intinya, manusia jangan pernah merasa sombong, walau sudah berada di posisi puncak. Karena semua itu hanya titipan yang bisa diambil sewaktu-waktu. Lagian, di atas orang hebat selalu ada orang yang hebat lagi jadi buat apa sombong.

4. “Kalau saja mulutmu punya BPKB, pasti sudah aku gadaikan.”

Punya teman yang kalau ngomong suka seenaknya sendiri? Sekali dua kali, mungkin kamu bisa menahan amarahmu karena masih menganggapnya teman. Kamu perlu menegur sikapnya itu. Biar pertemananmu tak rusak, tegur aja dengan kata-kata ini.

5. “Punggungku bukan voice-mail. Kalau mau bilang sesuatu, mending bilang langsung di depanku.”

Mengetahui bahwa ada orang-orang yang menggunjing kan keburukanmu di belakang memang terasa menyakitkan. Kalau memang mereka ingin kamu berubah, mending dibicarakan langsung aja. Jadi kamu paham di mana letak kesalahanmu dan bisa memperbaikinya.

6. “Kalau zombie menyerbu kamu bakal aman. Karena yang mereka incar adalah otak.”

Wah, berarti orang-orang yang tak berotak itu sakti, ya. Nggak usah takut kalau ketemu zombie. Malah kemungkinan, zombie nya yang males ketemu mereka karena merasa waktunya terbuang percuma.

7. “Bukan nya anti sosial, aku hanya selektif dalam sosial.”

Jadikan kata-kata ini sebagai caption atau postingan di akun media sosial supaya orang-orang tahu kenapa kamu terkesan menutup diri. Semoga kutipan tersebut bisa meluruskan pandangan miring orang-orang tentangmu.

Kata-Kata Bijak Humor Yang Dapat Menginspirasi 1

8. “Aku terjebak di antara ‘Aku harus nabung’ dan ‘Aku kan cuma hidup sekali’.”

Kata-kata ini sangat menggambarkan keadaan jaman modern, di mana menabung jadi sangat susah akibat adanya gempuran berbagai godaan untuk menggunakan uang untuk hal yang tak penting. Kalau begini, semua keputusan ada di tanganmu. Jika ingin memanjakan hidupmu, belilah barang sesuka hati. Tapi kalau mau uangmu terkumpul, segera hindari hal-hal yang membuat tergoda untuk menghabiskan uang secara percuma.

9. “Motivator dan pembicara tidak bisa membuatku rajin bekerja. Hanya cicilan dan tagihan yang mampu.”

Tidak semua orang bisa termotivasi hanya dengan sekedar mendengarkan motivator. Hal yang cukup jelas agar seseorang rajin bekerja adalah jumlah cicilan dan tagihan.

10. “Selalu ikuti kata hatimu. Tapi jangan lupa bawa juga otakmu.”

Kata hati selalu dijadikan pemberi petunjuk dalam kebimbangan. Padahal, kata hati juga mudah terpengaruh oleh berbagai hal sehingga kebenarannya pun bisa diragukan. Makanya, saat kamu mengikuti kata hati, jangan lupa untuk berpikir kritis. Dengan begitu, kamu jadi bisa menimbang-nimbang jalan yang bakal kamu pilih itu benar apa salah.

Back to top